Wednesday 20 October 2010

Profil KP3 Burung

Profil KP3 Burung

Ide awal pembentukan KP3 bermula dari keprihatinan seorang dosen Ekologi di Fakultas Kehutanan akan semakin sedikitnya mahasiswa yang aktif di bergabung dalam kelompok studi. Hal inilah yang kemudian pada tahun 1998 tercetuskan ide untuk membentuk kelompok studi yang memiliki kepekaan untuk meneliti suatu fenomena alam termasuk satwa dan habitatnya. KP3 Burung salah satunya, yang merupakan realisasi dari gagasan tersebut. Kelompok Peminat, Pemerhati, dan Peneliti Burung pada awalnya merupakan ajang untuk menyosialisasikan hobi pengamatan burung di kalangan mahasiswa dan masyarakat umum. Selanjutnya kelompok inni juga melakukan inventarisasi dan penelitian burung di beberapa tempat.

Pada awal pembentukan, KP3 burung beranggotakan tiga orang dan kemudian semakin bertambah. Tanggal berdiri KP3 Burung ditetapkan pada tanggal 9 September 1998, bersamaan dengan pertemuan pertama dan pengangkatan koordinator. Pada saat itu juga ditetapkan juga nama lain dari KP3 Burung yaitu WBWC (Walet Bird Watching Club). Akan tetapi nama itu kurang begitu dikenal di kalangna teman-teman mahasiswa. Secara organisatoris, KP3 Burung berada di bawah koordinasi Forkomkon (Forum Komunikasi Mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan), akan tetapi keanggotaan KP3 Burung tidak terbatas hanya untuk mehesiswa jurusan Konservasi Strata-1 (S-1).

Kegiatan perdana KP3 Burung yaitu pengamatan burunng di lingkungan kampus UGM. Kegiatan perdana (pada bulan September 1998 tanggal tidak terdokumentasi) ini dilakukan pada sore hari di depan Balairung. Setelah kegiatan tersebut, secara rutin anggota KP3 Burung melakukan pengamatan burung di lingkungan kampus UGM. Pada Bulan November 1998 tepatnya pada tanggal 14-17 November 1998, untuk pertamakalinya KP3 Burung mengadakan pengamatan di luar kampus UGM. Wanagama menjadi prioritas lokasi pengamatan yang utama, dengan harapan KP3 Burung dapat melakukan pemantauan ruutin terhadap terhadap keragama jenis burung yang terdapat di lokasi tersebut. Kegiatan pengamatan burung di Wanagama diulang kembali pada tanggal 24 Maret 2002. Kegiatan selnjutnya yaitu pengamatan di kawasan hutan lindung dan hutan wisata di Kaliurang. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 18 Oktober 1998 dan diulang kembali pada tanggal 31 Mei dan 3 Juni 1999. Kegiatan pengamatan juga dilakukan di Ungaran (di sekitar kawasan Gunung Batok) selama tiga hari yaitu tanggal 14-17 Agustus 1999.

KP3 Burung baru aktif kembali pada akhir tahun 2001. Kegiatan pengamatan burung di Samigaluh merupakan angin segar untuk kegiatan KP3 Burung. Kegiatan ini dulakukan di Samigaluh pada tanggal 5-6 November 2000. Kegiatan tercatat lainnya adalah pengamatan burung air di Trisik pada tanggal 18 Januari 2002. Pengamatan burung yang dilakukan di Trisik ini berawal dari Wetland Internasional yang dalam setiap tahunnya selalu meminta bantuan kelompok pengamat burung regional maupun individu untuk ikut melakukan sensus terhadap burung-burung perairan.

Kegiatan KP3 Burung juga terhubung denggan jaringan pengamat burung lainnya. Beberapa kali KP3 Burung sempat mengikuti perkembangan jaringan RAIN di Jawa Tengah tetapi juga vakum, juga demonstrasi yang menolak kegiatan lomba burung berkicau, termasuk lomba burung berkicau di wilayah UGM. Beberapa anggota KP3 Burung juga berperan serta pada berbagai penelitian untuk menambah keterampilan dalam pengamatan aktivitas burung. Keikutsertaan pada kegiatan Sunday Bird watching yang diadakan yang diadakan Matalabiogama juga tidak luput dari keikutsertaan anggota KP3 Burung. Pengirim delegasi untuk mengikuti lomba pengamatan burung juga dilakukan termasuk Bird Race III (tahun 2003). Meskipun belum pernah mendapat juara, dengan keikutsertaan sebagai anggota KP3 Burung dalam event nasional dapat menambah jaringan dengan bertemu para pengamat burung yang lain.

KP3 Burung sempat mengalami maasa kevakuman, yaitu pada akhir tahun 1999 sampai awal tahun 2000. Pada masa-masa ini intensitas kegiatan pengamatan burung sangat kurang, sebatas pada kegiatan pelatihan awal untuk anggota baru dan kegiatan pengamatan di sekitar kampus. Hikmah yang dapat kdiambil adari masa kevakuman ini adalah bahwasnya konsistensi dan juga regenerasu sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi.

“KP3 Burung”

Family of Forest Resource Conservation

“FORESTATION”

Sekretariat: Jl. Agro Bulaksumur, Fakultas Kehutanan

Universitas Gadjah Mada Ypgyakarta 55281

Tuesday 19 October 2010

Pengamatan Raptor di Bukit Turgo

Pengamatan Raptor Migran di Turgo



Pada tanggal 16 oktober 2010 pukul 07.00 anggota PPBJ (Paguyuban Pengamat Burung Jogja) berangkat dengan tujuan Turgo untuk mengamati burung dalam rangka pengamatan Raptor Migran. Bulan Oktober dan November adalah bulan dimana raptor dari luar Indonesia (biasanya belahan bumi utara) melakukan perjalanan jauh untuk menghindari musim dingin. Salah satu jalur migrasi mereka adalah serangkaian pulau-pulau Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan.



Sekitar jam 8 kami sampai pada tempat transit Turgo. Di tempat tersebut kami mendaftarkan diri sebagai peziarah, karena tempat tersebut memang tempat untuk menziarahi ulama terdahulu daerah Turgo tersebut. Pendaftaran tersebut juga antisipasi untuk hal-hal yang tidak diinginkan seperti salah seorang tersesat atau mengalami kecelakaan. Kendaraan yang kami bawa diparkir di tempat tersebut.



Raptor migran terbang dengan sangat tinggi. Jadi pengamatan dilakukan di tempat yang mempunyai elevasi tinggi sehingga diharapkan raptor migran yang melewati pengamat akan terlihat lebih jelas. Tetapi pengamatan kali ini terhambat karena di atas bukit turgo terdapat kabut yang cukup tebal dan otomatis membatasi jarak pandang kami walaupun dengan alat-alat yang cukup memadai. Alat-alat yang kami lengkapi adalah beberapa binocular dan monocular juga kamera yang berlensa tele.



Maka dari itu kami hanya melakukan pengamatan pada burung-burung hutan yang ada dalam perjalanan ke puncak Turgo, metode yang biasa dilakukan PPBJ itu dikenal dengan nama ‘Transect’. Pada dasarnya metode tersebut dilakukan dengan mengamati apa yang ditemukan pada jalur pengamatan. Jalur tersebut dapat berupa garis lurus atau garis yang berkelak kelok. Umumnya digunakan untuk mengetahui keanekaragaman suatu jenis satwa di suatu kawasan. Padahal metode yang dilakukan pada pengamatan raptor biasanya menggunakan ‘point count’ yaitu dengan berdiam di suatu tempat terbuka dan menunggu raptor migran yang melintas.



Dalam perjalanan kami menemukan beberapa spesies burung diantaranya Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularis), Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Cabai Gunung (Dicaeum trochileum), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis) yang tiba-tiba terbang diatas kita pada saat sedang mengamati burung Gelatik-Batu Kelabu (Parus major) dari kejauhan,dan Cikrak Daun (Phylloscopus trivirgatus) yang senang sekali difoto. Sekitar jam 10 siang kami tiba di puncak bukit Turgo, beberapa yang kami temukan disitu yaitu Sri Gunting Kelabu (Dicrurus leucophaeus) yang bertengger dengan gagahnya di kejauhan, sekelompok Layang-layang Api (Hirundo rustica) yang terbang mengitari puncak bukit turgo, Elang hitam, Elang Bido (Spilornis cheela), dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi).



Jam 12 siang kami turun dengan cuaca yang tidak bersahabat, turun hujan disertai kabut. Dengan hati-hati kami meniti jalan yang licin dan tampak beberapa kali salah satu anggota PPBJ jatuh terpeleset dan saling menertawakan. Takk sedikit rintangan yang kami hadapi di jalan setapak yang licin tersebut, sandal yang putus, terkena duri dari rotan, dan lain sebagainya, membuat kami tidak mengidentifikasi satu burungpun pada saat turun.



Akhirnya sekitar jam 1 kami sampai di parkiran motor, dan membahas dengan yang lain spesies apa saja yang kami temukan sambil bersenda gurau. Setengah jam berlalu, lalu kami berfoto bersama dan bergegas untuk pulang kek kediaman masing-masing.



Itulah cerita perjalanan PPBJ Pengamatan Raptor Migran di Bukit Turgo. Semuanya bersenang-senang sambil menimba ilmu.